Jumat, 30 Maret 2012

Aku kesepian, banyak sekali kata yang ingin aku ucapkan. Mega entah pergi kemana, mungkin ia marah, karena selama ini aku jarang sekali bercerita dengannya. Salah aku memang yang menghiraukannya. Padahaldia selalu bersamaku, mengajakku bermain bersama, menunggu cerita-ceritaku. Mega, kembali, aku butuh kau, saat ini.
Hari ini aku sudah tidak bersama pria itu lagi. Pria tinggi, putih, galing itu. Sekuat tenaga aku mengetik sambil menahan isak tangis. Semua ini aku yang salah, tuhan, ada apa denganku? Kenapa aku seegois ini? Aku saat ingat, dulu aku tak seperti ini. Tak ada lagi waktu, semua sudah berarkhir.
Kasihan dia, dia yang selalu sabar untukku, dia yang selalu ada untukku. Tapi aku apa? Apa yang bisa aku perbuat. Sepertinya sayang saja tidak cukup. Jujur saja aku tak ingin ini terjadi, sungguh. Aku hanya kasihan padamu, yang selalu menahan sabar padahal sakit karenaku. Kau pasti muak karenaku. Mungkin beribu kata maaf tak kan mampu lagi meluluhkan hatimu. Mungkin kata sayang tak dapat lagi luluh.
Apa rasa itu masih ada? Kau ingin tau isi hatiku? Dalam lubuk hatiku yg paling dalam aku lah satu-satunya yg harus ada dihatimu. Aku rindu kamu, aku rindu harum itu. Setan apa yg merasukiku sehingga terkadang aku menjadiliar seperti ini. Oh, air mata ini tak mampu lagi aku tahan. Mereka membabi buta pipiku yang dulu sering kau cium. Tenggorokan ini sakit menahan tangisan. Maafkan aku, sugarmu ini terlalu lemah. Aku terlalu banyak kekurangan. Aku sudah terlalu jauh menyayangimu. Sampai saat ini aku tak mampu menunjukan rasa sayang itu. Tak mampu aku ucapkan tak mampu aku tunjukan. Tapi dari sini lah, dari tiap hurup yg jadi kata, tiap kata yang jadi kalimat yg bisa mewakili isi hatiku. Walau itu menurutmu tak cukup. Aku tak tau lagi harus berbuat apa.
Mungkin sudah saatnya aku sendiri, ya sebaiknya aku sendiri dulu. Menikmati kesendirian tanpa pertengkaran, tanpa perang mult, tanpa “sepetan” di social network. Ini waktu untukku, untuk intropeksi. Tapi disaat aku sendiri dikamar merahku, diam-diam bayanganmu datang. Ku coba hapus tapi tak bisa. Dan akhirnya air mata itu jatuh lagi. Aku adalah pacar yanfg jahat, sangat jahat dan tidak tau diri. Tuhan, apakah ini hukuman? Kenapa begitu sakit?
Aku ingat hari-hari indah itu. Di tanggap BIP, DI jalan Laswi, Saat menonton Green Lantern, saat Ruangtamu. Saat tahun baru, dan masih banyak lagi kenangan manis. Ini terlalu manis untuk dilupakan. Demi Tuhan, baru aku rasakan hal seperti ini dengannya. Dia hebat soal meluluhkan hatiku, dia hebat soal membuatku terbang, dia hebat soal membuatku jatuh, dia hebat soal membuatku menangis seperti ini. Kau hebat, sayang. Apa? Sayang? Hey! Apa kau pantas mengatakan sayang padanya? Kau ini sudah menyakiti hatinya bya. Kau ini wanita yg kejam yg tak pantas mendapatkan kasih sayangnya. Sudah sepantasnya dia tak bersamamu, karena kau ini kejam!!!!!
Benar, aku ini kejam, jahat. Baiklah, aku terima karma ini. Tapi tolong, aku masih menyayanginya. Tapi tak dapat aku tunjukan tak dapat aku ungkapkan. Mungkin sejuta kesempatan pun tak akan bisa mengubah sifat keras kepala ini. Bagaimana cara melunakan kepala ini? Mungkin hanya waktu yg bisa enjawab. Kepalaku ini bagai batu karang yg lama-lama akan mengikis diterjang ombak keras. Ya aku rasa.
Apa kabar dia sekarang? Apa dia sudah ada dirumah? Apa dia sudah makan? Apa tiap pagi dia masih minum susu? Pasti dia saat ini sedang main dota? Atau bermain bersama temannya? Atau sibuk dengan hpnya? Atau sedang mencari penggantiku? Aku tidak siap untuk itu aku ini egois memang.
Andai egois dan keras kepala itu tidak ada. Tidak akan seperti ini jadinya.
Bagaimanapun juga, aku tidak boleh larut terus daslam kesedihan. Masih banyak pekerjaan yg menumpuk untuk aku kerjakan. Lama-lama aku malas untuk belajar, tidak ada semangat seperti dulu lagi. Tidak akan ada lagi yg mengucapkan selamat pagi, tidak akan ada lagi yang mengucapkan selamat malam.
Semua orang menginginkan yg berujung bahagia, dongeng-dongeng pun seperti itu. Masihkah dia mengingat Ainun? Masihkah dia menyayangi Ainun? Bahkan kita tidak sempat memberi nama belakang untuknya. Ainun masih bersamaku, menemani aku bersedih karena hal bodohku. Aku malu, aku lemah didepan dia. Tapi aku percaya, Ainun nanti tidak akan selemah aku. Dia itu kuat seperti ayahnya, dia sabar seperti ayahnya.
BERHENTI!!!! Apa kau pantas mengatakan dia ayah? Apa dia masih menganggapmu ibu? Lupakan itu! Dia sedang bersenang-senang dengan temannya, tak ada waktu untuk memikirkan kau, BYA!!!
Aku tak sanggup lagi menahan air mata ini, terimakasih. Lain waktu akan aku sambung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar