Saya kembali larut malam dan kadang-kadang berjalan kakikarena tidak ada bus lagi atau harus menghemat. Untuk mempersingkat waktu, saya berjalan melalui kuburan. Jikalau hujan dan dingin saya berjalan dengan payun, mantel dan sepatu yang diberi alas kertas sebagai alas kaki yang dapat membantu isolasi.Jikalau saya pulang sering Ainun memandang keluar dari jendela menantikan kedatangan saya walaupun diluar hujan, dingin dan gelap. Setibanya didepan pintu Ainun membukanya dan memandang mata saya dengan senyuman yang selalu saya rindukan. Rasa kedinginan, letih dan lapar hilang terpukau oleh pandangan mata Ainun yang mencerminkan kebahagiaan dan cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi!
Ainun yang merencanakan pengeluaran dan pemasukankami yang apa adanya. Semua saya serahkan dan percayakan padanya. Pada hari ulang tahun Ainun yang ke-25 pada tanggal 11 Agustus 1962, saya hadiahkan mesin jahit merek Singer, yang dalam rangka promosi produk baru sedang ditawarkan dengan harga khusus dan boleh dicicil tanpa suku bunga. Mesin itu saya serahkan kepada Ainun sambil berkata:
"Maaf kemampuan saya hanya ini saja". Ia mencium saya dan menjawab: "Kamu sudah memberi saya yang lebih indah dari semuanya yang kamu tak dapat bayangkan"
"Apa maksudmu Ainun? Saya menjawab: "Senyuman manis dan pandangan matamu yang selalu memukau dan merindu" Ainun segera menjawab: "Itu sudah milikmu dan kuberikan untukmu sepanjang masa sejak malam takbiran tanggal 7 Maret yang lalu". Melihat mata saya, Ainun berkata: "Supaya kamu tidak terlalu lama menerka, saya sampaikan saja. Yang kamu berikan kepada saya adalah titipan Allah untuk untuk kami berdua. Saya mengandung bayimu, anakmu dan keturunanmu! Itu yang paling indah dan titipan Allah itu harus kami syukuri!" Saya memeluknya sambil memanjatkan doa bersama membaca Al-Fatihah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar