Cinta memang membingungkan, terkadang sangat sulit untuk didefinisikan.
Cinta datang & pergi sesuka hati, bahkan cinta hadir dalam hati tanpa permisi.
Tapi disatu sisi kehadiran cinta pun dapat dijemput, karena cinta hadir karena keterbiasaan.
Biasa bersama, biasa bersenda gurau, biasa memberi dan menerima.
Banyak dari kita terbuai olehnya, sehingga disaat mencinta pun kita sulit untuk tidak mengabaikan logika.
Contoh sederhana pada saat seseorang atau kita sedang jatuh cinta atau mencinta maka yang terlihat oleh kita pada pasangan kita atau orang yang kita cinta adalah hal–hal yang baik–baik saja sedangkan hal lainnya cenderung kita abaikan.
Dengan kata lain yang bermain dan mendominasi diri kita adalah hati atau perasaan.
Begitu pula sebaliknya jika kita sedang kecewa atau sakit hati maka yang terlihat adalah sisi yang berbeda dengan saat kita mencinta.
Kalo cinta pake logika gak akan ada cerita romeo and juliet?
Kalo cinta pake logika gak akan ada cowo yg rela ngabisin uangnya cuma buat kado ulangtaun pacarnya.
Logika dan cinta memang tidak dapat digunakan pada saat yg bersamaan dalam waktu yang sama pula karena keduanya memiliki peran dan karakteristik yang unik dan berbeda.
Pada dasarnya cinta dapat berdiri sendiri tanpa adanya logika yang bekerja.
Tapiiii jika cinta berdiri dan mendefinisikan dirinya sendiri “cinta”, maka tidak akan terjalin hubungan yang harmonis antar orang yang sedang mencinta.
Hal ini dikarenakan cinta tetap membutuhkan logika sebagai penyeimbang dari sikap dan sifatnya.